Minggu, 03 November 2019

Sebatas Rasa


Karbon dioksida pun terhempas dari pembau, sebagai rasa syukur menikmati sejuknya fajar. Hening dan hangatnya mengalihkan sebuah pandangan penuh akan amarah. Meski seorang diri, hasrat pun bergejolak menyorakkan untuk keluar dari palung kepedihan. Secepatnya pergi, biar usai amarah yang berusaha untuk membunuh akal sehat. Bersiap-siap untuk memantapkan langkah untuk menerima jalan baru. Menjadi pelita bagi makhluk di semesta yang fana, mereka pastinya haus sebuah kemilau sebab suram melindunginya selama ini.

Bahagia dalam kefanaan ini pastinya butuh perjuangan, bermula dari kepiluan hingga membungkukkan rusuk dan nadi. Logika pastinya berlomba maraton untuk mencapai titik finish. Bila tidak bertemu, sudahlah pasrahkan kepada nasib. Hati pun semakin tidak memiliki rasa bagaimana manusia yang sesungguhnya. Usailah, pikirkan bagaimana menempuh tembok menjulang tinggi di depan mata. Matangkan kognitif sejenak untuk mencari jalan keluar.

Aku pun berterima kasih kepada sang Ilahi memberikan pencerahan di kepalaku. Akhirnya semua terencana dengan lancar tanpa dihalangi apa pun. Melangkah dari gerbang Jahanam itu dengan baik meski getaran di dada bergejolak amat hebat. Kaki pun terlempar dan hempas dalam hitungan detik. Dan jiwa terdalam pun menjeritkan sebuah perpisahan atas kepiluan tak berfaedah. Untuk apa merasakan kepiluan tak berbobot, yang hanya menggerogoti akal sehat. Secara tidak langsung menyeret ke ruang yang hampa dipenuhi kegilaan seorang diri.

Kini, aku hanyalah seorang diri penuh kegundahan pun telah menemukan jati diri yang sesungguhnya. Setelah berpindah dari semesta berakal interior, seolah cemerlang bagai bayi yang baru menatap dunianya. Keterpurukan usai seketika di detik itu menjadi tanda untuk memulai mencorehkan tinta di rangkaian baru. Marilah disini melangkah demi meraih keadilan yang hakiki dalam cita.


Jakarta, 3 November 2019


           Winatuyy







Tidak ada komentar:

Posting Komentar