Kaki melangkah menuju arah entah kemana tujuannya. Diselimuti sepoian angin dikala senja segera meredupkan kemilaunya. “Dimanakah keadilan berada? Haruskah selalu mengalah demi
ramuan racun dunia yang merajami kefanaan dunia ini?”, jiwa pun memaki dalam bayang. Tak kuasa menahan apa yang dirasa, semakin meracuni akal sehatnya. Ingin rasanya menghempaskannya dalam jurang demi sebuah keadilan,
agar ia tahu tak selamanya ego selalu berkuasa. Entahlah dimanakah logika sehatnya, selalu saja menyiksa demi egonya yang membatu. Sering mereka berkata sing waras sing ngalah . Usailah dengan kata itu, penuh kemanisan yang menyelinapkan kepahitan tiada tara.
Aku pun muak atas segalanya, ingin rasanya kefanaan dunia ini cepat berakhir. Bila aku melakukan hal itu, Yang Maha Kuasa mungkin tidak menerima hambaNya yang bodoh menghadiri wawancara
dari sang malaikat maut. Rasanya ingin membuang langkahku di rumah itu di masa mendatang. Pasti ia akan berkata, betapa sombongnya manusia satu ini. Dahulu dipenuhi kasih sayang, kini pergi seenaknya tanpa permisi. Apa yang
kau katakan? Kasih?! Dimanakah bukti kasih yang telah diberikan? Sebuah materi? Materi tiada artinya bagiku, aku hanya butuh perlindungan layaknya anak kucing dengan induknya.
Dasar racun! Merusak akal sehat ini saja, enyahlah kau dari hadapanku! Sudah lupakan
dia, ubah langkahku bersama ajudan kelabu hendak menahan perihnya di dada. Menikmati senja di ibukota ternyata seindah itu, meskipun itu hal yang sederhana terlalu dilebih-lebihkan. Heningnya pun menentramkan logika dan perasaan
yang bergemuruh seketika. Ditemani mango float dan spagetti semakin membuatku menikmati indahnya senja ini.
Memainkan jemari melalui keyboard seraya melegakan fungsional tubuhku. Seraya layar pun menguatkanku menghadapi segalanya.
“Tegarlah, kau pasti melewati semua ini. Kelak kau akan menemukan kebahagianmu yang sesungguhnya.”, layar notebook menyemangatiku dalam bayangku. Memang gila tapi apa boleh buat untuk meredam amarah sejenak. Daripada tiap benda di sekitarku menghantam akal sehatmu.
Jakarta, 2 November 2019
Winatuyy
Jakarta, 2 November 2019
Winatuyy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar