Semuanya berakhir dengan sepatah kata. Kita akhiri disini. Mengucapkannya
bukanlah hal yang mudah. Dipenuhi perjuangan usai menahan perih yang terkubur
dalam dada. Teramat dalam hingga akal pun tak mampu mencerna segala hal dengan
jernih. Tanpa disadari pandangan ini telah membuta dalam ribuan purnama.
Entahlah apa mau semesta. Mungkin semuanya terjadi karena
alam mau mengajarkan sesuatu. Disesali pun juga sia-sia. Ribuan purnama telah
berlalu. Namun, raga ini hanya mampu menerima bahwa semuanya telah berlalu. Sanubari
membisikkan untuk berbahagia. Berbahagialah karena jiwa dan raga terlepas dari racun
yang mematikan.
Uniknya, racun yang telah dinikmati terasa nikmat. Setelah dilalui,
dampaknya mematikan perlahan. Layaknya gelas yang dinodai oleh sabun. Lalu air
pun mengaliri untuk membersihkan semua noda yang melekat di gelas.
Dikala melangkah ditemani teriknya mentari. Dahaga pun
menusuk tenggorokan ini. Sepanjang kaki ini melangkah pun hanyalah seorang
diri. Namun, air pun menghampiri dan menyirami keringnya kerongkongan. Air pun hadir
memuaskan dahaga yang amat menyesakkan.
Begitulah sang waktu menyerap semuanya untuk bangkit menjadi
pribadi yang lebih baik. Berterima kasihlah kepada sang waktu atas kesempatan
yang diberikan. Demikianlah sebatas kata bersama heningnya malam yang didampingi
bintangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar