Inilah kisah Kenny, si gadis yang memiliki talenta yang tersirat karena sang Mama yang memiliki kenangan yang pahit karena Papa penyanyi terkenal yang kini bersama bunga harapan lainnya.
Agar semua memori itu terkubur teramat dalamMama pun tidak mengenalkan Kenny pada dunia tarik. Alhasil, semakin beranjaknya usia Kenny gadis kecilnya pun mulai mencari jati dirinya. Lalu, bertemulah ia dengan potensinya dalam tarik suara.
Dibalik gulitanya malam, terdengar alunan melodi menyenandungkan nada. Kenny menulis sesuatu sambil menyandungkannya.
Kenny: nanana… nana.. nana..
Tiba-tiba mama menghampirinya dan menamparnya
Plak!
Mama: “Jangan coba-coba mama dengar kamu nyanyi lagi!”
Kenny: (meringis dan memegangi pipinya) “Apa salahnya dengan menyanyi, Ma?”
Mama: “Kamu berani melawan ya?!” (mata melotot, tangan pun terangkat untuk siap-siap menampar)
Kenny: (meringis sambil memegangi pipinya) “Ampun, Ma. Jangan tampar Kenny lagi.”
Mama: (mendekat dan melotot) “Kalo nggak mau ditampar, jangan sampai Mama dengar kamu nyanyi lagi!”
Kenny hanya bisa mengganguk dan menurutinya. Kenny tak mengerti mengapa mamanya melarangnya bernyanyi. Malangnya, Oh Kenny…
Suatu hari ia sedang duduk dan menulis sebuah lagu. Entahlah kepalanya terasa pusing.
Kenny: (memegangi kepalanya) “Duh kenapa jadi gini.”
Diam-diam, ia menemui dokter Gunawan yang kebetulan kerabat mamanya
Dokter: “Hei, kamu tumben-tumbennya kemari. Ada masalah apa?”
Kenny: “Aku nggak tau kenapa kepala aku pusing banget. Pusingnya nggak seperti biasanya kurasa, Dok.”
Dokter: “Mari kita periksa dulu”
Dokter Gunawan pun memeriksa Kenny.
Dokter: “Mungkin kamu kecapekan aja, saya kasih kamu obat pereda sakit kepala.” (menulis resep)
Kenny: “Iya, Dok.”
Dokter: “Kamu harus istirahat yang cukup, jangan banyak mikirn hal yang bebanin pikiran kamu.”
Kenny hanya mengangguk, lalu ia memberikan resep obatnya ke apoteker.
Di saat menunggu obat ia bertemu dengan Ivan, kakak kelasnya.
Ivan: “Hei, Ken.”
Kenny: “Hei, Van. Siapa yang sakit?”
Ivan: “Nunggu Tesa nih, hehe.”
Kenny: “Oh, Tesa sakit apa?”
Tak lama kemudian, Tesa pacar Ivan yang super manja dan cemburuan pun datang.
Tesa: “Lo ngapain berduaan sama Kenny?!”
Ivan: “Tes, ini gak seperti yang lo ki…”
Tesa: “Oh, jadi ini kerjaan lo selama ini di belakang gw? Oke, kita putus!”
Ivan: “Tes…”
Lalu Tesa pergi.
Ivan: “Tesa! Ken, duluan ya.”
Lalu Ivan mengejar Tesa dan tinggallah ia seorang diri.
Kenny pun hanya menggeleng kepala atas kelakuan Tesa yang salah paham akan mereka berdua.
Hingga Tesa pun seinstan itu mengakhiri hubungan mereka.
Apoteker: “Atas nama Kenny.”
Namanya disebut lalu Kenny mengambil obatnya, apoteker pun memberi anjuran minumnya lalu Kenny pulang. Sesampai di rumah, mamanya menunggunya.
‘
Mama: “Dari mana aja kamu?!”
Kenny: “Cuma jalan-jalan ke toko buku, Ma.”
Mama: (geram dan melotot) “Bohong kamu!”
Lalu Mama menampar Kenny.
Mama: “Jangan coba-coba Mama tahu kamu nyanyi di belakang Mama!”
Kenny menangis sesendu mungkin, di kamarnya ia meluapkan emosi dengan menulis sebuah lagu berjudul Cinta Untuk Mama.
Kenny: “Walau gimana pun mama, aku sayang Mama. Aku gak peduli apa yang mama lakukan ke aku, itu mengaliri cintaku untuk Mama.”
Usailah air mata membanjiri Kenny bersama sang senja melalui sebuah rangkaian kata yang menjadikan deretan lirik yang menyuarakan suara hati terdalam Kenny.
Pak Diro selaku kepala sekolah Kenny yang menjadi ketua panitia pelepasan kelas pun mencari siswa yang pantas untuk mengisi acara untuk menyanyikan sebuah lagu yang menyentuh di acara tersebut. Suatu Pak Diro pun memanggil Kenny.
Kenny: “Ada keperluan apa Bapak memanggil saya?”
Pak Diro: “2 minggu lagi akan diadakan acara pelepasan siswa kelas 12, disini dibutuhkan perwakilan siswa untuk tampil. Apakah kamu bersedia untuk mengisi acara pelepasan?”
Kenny: “nnn…nyanyi, Pak?”
Pak Diro: “Saya harap kamu bisa berpartisipasi.”
Kenny: “Hmmm, nanti saya pikirkan kembali, Pak.”
Pak Diro: “Saya tunggu, loh.”
Seiringnya langkah, Kenny pun tenggelam dalam pikirannya.
Kennyi: (dalam hati) “Apakah mungkin aku bisa mengisi acara pelepasan? Kalau ketahuan Mama aku bisa kacau.”
Ketika Kenny berjalan menuju kelasnya, tiba-tiba Tesa dan Laura menghampirinya.
Tesa: (mendorong bahu Kenny) “Heh, apa-apaan lo hadap ke bokap gue? Ngadu? Hmmm… jangan-jangan lu isi acara pelepasan?!
Laura: (menatap Kenny dengan sinis) “Hah, emang bisa apa lo kalo isi pelepasan, hahaha. Jadi jayus?”
Mereka tertawa terbahak-bahak, tetapi Kenny lebih memilih diam daripada meladeni mereka. Apalagi sejak kesalahpahamannya dengan Ivan di klinik. Tanpa mereka sadari, Ivan menguping pembicaraan mereka, karena perlakuan mereka terhadap Kenny di luar batas wajar Ivan pun menghampiri mereka.
Ivan: “Tesa! Kok lo gitu sih, ke Kenny? Apa salah Kenny ke lo?”
Tesa: (melototi Ivan) “Heh, ini urusan gue sama dia, nggak usah lo ikut campur!”
Ivan: (membentak Tesa) “Ini jadi urusan gue, awas aja kalo lo berani macam-macam sama Kenny!”
Laura: (menepuk tangan) “Oh, jadi gara-gara kenny kalian putus? Good, then. Dasar kalem-kalem ternyata pelakor, hahaha.”
Tesa: (matanya mendelik) “Yups, that’s right! Ini nggak sebanding dengan hubungan gue sama Ivan.”
Ivan: (menunjuk ke Tesa) “Sekali lagi lo sakitin Kenny, nggak segan-segannya gue lapor ke Pak Diro.”
Laura: (matanya melotot ke Ivan) “Coba kalo berani!”
Ivan: “Nantangin? Silakan! Yuk, cabut dari sini, Ken.” (menggandeng tangan Kenny)
Ivan membawa Kenny pergi dari Tesa dan Laura.
Kenny: “Sorry, ya gue udah nyusahin lo.”
Ivan: (memegang bahu Kenny) “Lo nggak apa-apa, kan?”
Kenny: (tersenyum) “I’m okay, Van.”
Ivan: (melambaikan tangan) “Btw, gue ke kelas dulu ya.”
Mereka pun kembali ke kelas mereka masing-masing. Sepulang sekolah Kenny menuju aula untuk latihan untuk acara pelepasan.
Ia menunjukkan karya ciptaannya ke Pak Tio selaku guru seninya. Setelah Pak Tio melihatnya, ia menyetujuinya.
Pak Tio: “Saya suka karya kamu. Cocok sekali untuk pelepasan, karena lagu ini sebagai ucapan terima kasih kepada ibu. Selain guru, orang tua juga terutama ibu yang memiliki jasa yang teramat besar bagi hidup kita.”
Kenny: (tersipu malu) “Hehehe, Bapak bisa aja.”
Pak Tio: “Saya rekomendasikan kamu untuk menyanyikan lagu ciptaanmu ini.”
Akhirnya, Kenny pun mengikuti saran dari Pak Tio dan latihan untuk mempersiapkan pelepasan siswa kelas 12. Usai pulang, ia harus menghadap mamanya
Mama: (ketus) “Kamu kemana aja sore-sore gini baru pulang?!”
Kenny: (menunduk) “A… aku ada kerja kelompok dadakan. Maaf ya, Ma aku nggak ijin.”
Mama: “Awas ya kalo Mama dengar kamu latihan bernyanyi”
Kenny: “Mama udah bilang bera…”.
Mama: (membentak Kenny) “Diam kamu!”
Lalu Kenny ke kamar sambil tersedu-sedu hingga Mama tidur. Setelah Mama tidur, diam-diam Kenny menyanyikan lagu ciptaannya. Suatu hari, Mama datang ke sekolah dan berpapasan dengan Pak Diro.
Pak Diro: “Mari, Bu.” (sambil tersenyum ramah)
Mama: “Permisi, Pak. Apakah Bapak melihat Kenny anak saya?”
Pak Diro: “Oooh, kalau tidak salah saya melihat Kenny berada di aula sedang latihan menyanyi untuk acara pelepasan.”
Mama: (geram dalam hati) “Keterlaluan kamu, Kenny!”
Mama: (tersenyum terhadap Pak Diro) “Baik, Pak. Saya permisi dulu.”
Mama pun terdiam dan emosi seketika mendengar pernyataan itu.
Usai latihan acara pelepasan, Mama mendatanginya.
Kenny: (kaget) “Mama.”.
Mama: (ketus) “Ayo pulang!”
Mereka pulang bersama, sesampai di rumah…
Mama: (menampar kenny) “Plak!”
Kenny: (memegangi pipinya) “Duh..”
Mama: (membentak Kenny) “Kamu udah bohongi Mama, Mama bilang kamu jangan nyanyi lagi!”
Tiba-tiba kepala Kenny pusing memberat. Lalu ia bergegas pergi ke klinik.
Mama: “Kenny! Kamu mau kemana?!”
Sesampai di klinik, ia menghampiri dokter Gunawan.
Dokter Gunawan: “Ada apa denganmu, Kenny? Kamu terlihat teramat tergesa.”
Kenny: (memegangi kepala) “Kepala saya sakitnya semakin memberat, Dok.”
Dokter: “Alangkah baiknya, kita langsung scan kepalamu saja biar mengetahui kondisimu.”
Setelah discan dengan MRI, Dokter Gunawan pun terkejut dengan hasilnya.
Dokter Gunawan:(menunduk dan melembut) “Maaf, saya tidak tega melihat kamu mendengarnya.
Kenny: (memelas) “Memangnya ada apa, Dok?”
Dokter: “Kamu terkena radang otak stadium akhir. Memang gejalanya tidak diketahui dengan pasti. Apa kamu sering terkena benturan keras?”
Kenny hanya terdiam.
Dokter: “Baiklah, sekarang kamu pulang dan istirahat.”
Kenny menerima kenyataan pahit dengan seorang diri. Akhirnya ia pun pulang ke rumah.
Mama: “Kamu darimana?” (ketus)
Kenny: “Maaf Ma, tadi buru-buru beli obat.”
Mama: “Ya sudahlah, istirahat sana.”
Akhirnya Kenny kembali ke kamar dan segera tidur.
Seminggu kemudian, acara pelepasan pun tiba, Kenny mempersiapkan diri untuk tampil.
Disaat bersiap-siap, Laura dan Tesa menemuinya.
Laura: (menyentuh wajah Kenny) “Ken, lo kayaknya ada yang kurang deh.”
Tesa: (melirik Kenny) “Iya, sini gue makeup lagi.”
Kenny hanya menurut dan mereka membuat penampilan Kenny bagai badut.
Laura: (tertawa terbahak-bahak) “Rasain lo! Lagian main-main dengan seorang Tesa.”
Tesa: (melirik Kenny sinis) “Biar lo tau rasanya seperti cowok gue lo direbut.”
Dibalik ruang rias, Ivan menghampiri mereka.
Ivan: (melabrak Tesa dan Laura) “Tesa! Laura! Kalian makin hari keterlaluan. Gue nggak segan-segan melaporkan perlakuan lu ini ke bokap lu!”
Mereka hanya diam dan tersipu malu atas perbuatan mereka. Lalu, Ivan mengambil tisu basah untuk mengelap wajah Kenny yang sedang tersendu-sendu.
Ivan: (mengelap wajah Kenny) “Ken, lo nggak apa-apa kan?
Kenny hanya menangis dan mengangguk. Bagi Ivan, bersama Keny ialah hal yang spesial dalam hidupnya. Meskipun Tesa dan Laura tiada hentinya memperlakukan Kenny semena-mena, Kenny pun tetap tegar dan diam seribu bahasa. Tak lama kemudian, nama Kenny dipanggil untuk tampil.
Pak Diro: “Kepada ananda Kenny silakan ke atas panggung.”
Kenny naik ke atas panggung dan bernyanyi.
Apa yang ku berikan untuk mama
Untuk mama tersayang
Tak ku miliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta
Hanya ini ku nyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Apa yang ku berikan untuk mama
Untuk mama tersayang
Tak ku miliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta
Penonton merasa tersentuh mendengar nyanyian Kenny.
Mama pun menghadiri acara pelepasan dan menikmatinya.
Hanya ini ku nyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Walau tak dapat selalu ku ungkapkan
Kata cintaku tuk… Mama...
Usai bernyanyi, kepala Kenny terasa berat sekali hingga tak tertahankan ia pun jatuh pingsan.
Mama:”Kenny!”
Mama, Pak Diro dan Pak Tio membawa Kenny ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, mereka menunggu di UGD
Perawat: (keluar dari ruang UGD) “Maaf ya Ibu, Pak. Ini dokternya lagi melakukan tindakan, mohon bersabar.”
Pak Diro: “Segera ya..”
Mereka pun menunggu antrian, pasien satu persatu pun dipanggil. Tiba-tiba Kenny terbangun.
Kenny: (mata pun terbuka perlahan) “Ma… Mama.”
Mama: “Kenny, syukurlah kamu sadar.” (memeluk Kenny)
Kenny: “Maafin aku ya, Ma. Aku tidak mendengarkan perkataan Mama.” (sambil menangis)
Mama: “Seharusnya Mama dari dulu bangga kalo anak Mama ini sangat berbakat dalam menyanyi.”
Ivan pun menyusul ke rumah sakit dan menemui Kenny.
Ivan: (tersenyum) “Hai Ken, lo nggak apa-apa, kan?”
Kenny hanya tersenyum lemah gemulai.
Mama: (mengelus rambut Kenny) “Ken, maafin Mama ya, Nak. Selama ini Mama selalu marahin kamu kalo menyanyi. Dulu Papa kan penyanyi terkenal, karena posisinya itulah ia meninggalkan Mama dengan wanita lain disaat dia naik daun.
Kenny: (tersenyum kepada Mama) “Sudah biarkanlah Ma, itu telah berlalu. Mama harus lupain itu ya Ma, biar Mama lebih tenang.”
Mama pun memeluk Kenny, kemudian Mama meninggalkan Kenny bersama dengan Ivan.
Ivan pun berusaha untuk mengemukakan perasaannya.
Ivan: “Ken, sebenarnya dari awal gue…”
Sakit kepala Kenny terasa hebat.
Kenny: (memegangi kepala) “Duh…”
Tak lama kemudian, Mama pun menghampiri Kenny.
Mama: “Kenny!”
Tiba-tiba Kenny tak sadar diri.
Mama: (menggoyangkan tubuh Kenny) “Kenny! Bangun, Nak!”
Ivan: “Ken, bangun Ken!”
Mama pun segera memencet bel untuk memanggil perawat dan dokter.
Tak lama kemudian Dokter Gunawan pun menghampiri Kenny dan mengecek kondisinya.
Dokter: Maaf, Ibu. Kenny telah menghembuskan napas terakhirnya. Kami tidak bisa menolongnya. Selama ini, radang otak telah merenggutnya.
Kemudian, Mama, Ivan, Pak Tio dan Pak Diro pun larut dalam duka.
Mama: (menangis) “Kenny!!!”
Ivan pun menahan air matanya atas kenyataan pahit yang ia terima. Pak Tio dan Pak Diro memberikan bela sungkawa kepada Mama atas kepergiaan Kenny.
Kini, Kenny telah pergi memijakkan kakinya bersama Sang Maha Kuasa. Disaat Mama berada di kamar Kenny, ia melihat karya ciptaan Kenny ialah Lagu Untuk Mama.
Mama: (menangis) “Maafin Mama selama ini, ya Mak. Mama telah salah menilaimu, andai kamu masih hadir di sisi Mama, Nak.”
Akhirnya Mama pun menyesali segala obsesinya karena traumanya atas perlakuan Papa. Untuk urusan Tesa dan Laura, Pak Diro menjatuhkan hukuman skorsing atas perlakuan mereka. Walaupun Ivan telah jatuh hati kepada Kenny, ia hanya berdoa agar Kenny bahagia di dunia akhirat.
Created: April 2018
Revision: 23-25 Juli 2020
Revision II: 29 Oktober 2022
Winatuyy